Senin, 11 Januari 2010
just...
Aku bingung.... tolong jawab pertanyaanku... apakah terlalu mencintai seseorang adalah sebuah kesalahan?
Jumat, 08 Januari 2010
Irama takdir
Aku telah berputar-putar, mengikuti dendang irama kehidupan. Aku mencari dan terus mencari dalam putaran yang aku ikuti, tetapi aku tidak menemukan apapun. Aku kembali pada titik di mana tergambar kehampaan diriku.
Itu adalah fakta, bahwa dirimu adalah kehampaan, pahamilah itu sebab dengan pemahamanmu tersebut engkau tidak akan terikat oleh pikiranmu.
Gundah gulana ini, dan kekhawatiran.
Terhadap apa kekhawatiranmu itu? Apa terhadap kelangsungan rasa aman pada dirimu sendiri, pada kepuasan dalam bentuk apapun itu.
Salahkah jika aku mempertahankan rasa aman itu?
Apa yang engkau lakukan dalam mempertahankannya?
Pahamilah, sesungguhnya tidak ada kenyamanan dalam hidup ini, sebab hidup adalah perubahan engkau tidak akan bisa mempertahankan rasa amanmu itu.
Lihatlah, hari terus berganti, segala sesuatu mengalami perubahan. Dirimupun begitu.
Ya, terus bagaimana aku dapat melakukan yang terbaik? Sedang aku tidak mengetahui caranya.
Jika demikian sampai kapan engkau berdiam diri?
Sampai aku mengetahui caranya.
Bagaimana engkau dapat mengetahui jalan, jika matamu selalu kau tutup?
Seperti juga bagaimana engkau mengetahui hal yang terbaik, jika kau selalu melempar pertanyaan tentang cara yang terbaik itu? Tetapi engkau tidak pernah mencoba berbuat sesuatu hal.
Dengarlah, hal terbaik itu bukan terletak pada cara engkau bertindak, bukan juga pada hasil dari tindakanmu.
Hal terbaik itu ada dalam segala sesuatu yang kamu kerjakan.
Oh..
Takdir. Dia selau mengikatku.
Dari awal hingga akhir, kadang suka, kadang duka.
Begitu dia melukis diriku.
Tahukah engkau?
Bahwa di balik kesemua itu, telah ku bangun seribu atau lebih keinginan dalam harapan yang tak kunjung datang.
Mereka hanya berlalu, menghilang dan tertelan oleh waktu.
Oh..
Takdir. Aku begitu menginginkannya, tetapi engkau berkehendak lain..
Mengapa engkau, seakan-akan menyalahkan takdir?
Ketahuilah, dirimu adalah kanvas putih, dan dirimulah sang pelukis.
Bagaimana dirimu, adalah kamu sendiri yang membentuknya. i.
Itu adalah fakta, bahwa dirimu adalah kehampaan, pahamilah itu sebab dengan pemahamanmu tersebut engkau tidak akan terikat oleh pikiranmu.
Gundah gulana ini, dan kekhawatiran.
Terhadap apa kekhawatiranmu itu? Apa terhadap kelangsungan rasa aman pada dirimu sendiri, pada kepuasan dalam bentuk apapun itu.
Salahkah jika aku mempertahankan rasa aman itu?
Apa yang engkau lakukan dalam mempertahankannya?
Pahamilah, sesungguhnya tidak ada kenyamanan dalam hidup ini, sebab hidup adalah perubahan engkau tidak akan bisa mempertahankan rasa amanmu itu.
Lihatlah, hari terus berganti, segala sesuatu mengalami perubahan. Dirimupun begitu.
Ya, terus bagaimana aku dapat melakukan yang terbaik? Sedang aku tidak mengetahui caranya.
Jika demikian sampai kapan engkau berdiam diri?
Sampai aku mengetahui caranya.
Bagaimana engkau dapat mengetahui jalan, jika matamu selalu kau tutup?
Seperti juga bagaimana engkau mengetahui hal yang terbaik, jika kau selalu melempar pertanyaan tentang cara yang terbaik itu? Tetapi engkau tidak pernah mencoba berbuat sesuatu hal.
Dengarlah, hal terbaik itu bukan terletak pada cara engkau bertindak, bukan juga pada hasil dari tindakanmu.
Hal terbaik itu ada dalam segala sesuatu yang kamu kerjakan.
Oh..
Takdir. Dia selau mengikatku.
Dari awal hingga akhir, kadang suka, kadang duka.
Begitu dia melukis diriku.
Tahukah engkau?
Bahwa di balik kesemua itu, telah ku bangun seribu atau lebih keinginan dalam harapan yang tak kunjung datang.
Mereka hanya berlalu, menghilang dan tertelan oleh waktu.
Oh..
Takdir. Aku begitu menginginkannya, tetapi engkau berkehendak lain..
Mengapa engkau, seakan-akan menyalahkan takdir?
Ketahuilah, dirimu adalah kanvas putih, dan dirimulah sang pelukis.
Bagaimana dirimu, adalah kamu sendiri yang membentuknya. i.
Nothing personal
There is a beauty in one's face
............ darkness in one's mind
............ evil in one's heart
Langganan:
Postingan (Atom)
